Pendahuluan

Mengapa ilmu hadir? Mengapa pula logika itu hadir? Pertanyaan-pertanyaan ini, seperti juga pertanyaan-pertanyaan sejenis, merupakan wujud dari keingintahuan yang besar dan kritis dari manusia. Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itulah pengetahuan dan ilmu manusia dapat tumbuh dan berkembang seiring perkembangan zaman. Baca entri selengkapnya »


Pendahuluan

Kita sudah seringkali menjumpai soal matematika sekolah dasar (SD), seperti “Hitunglah hasil dari 25 – 13, 18 : 6 = …., atau berapakah rata-rata dari 24, 26, 27, 28, dan 30?” Soal-soal seperti di atas banyak terdapat dalam buku pelajaran yang ada di SD. Baca entri selengkapnya »


Berikut contoh format analisis hasil ulangan harian dan program perbaikan/pengayaan. Format ini dapat dikembangkan guru atau pihak pengguna untuk keperluan penilaian hasil belajar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Saran dan kritik terhadap format ini merupakan masukan berharga bagi kami. Semoga bermanfaat!

Form Analisis UH & PP

ToT EDS/M-MSPD Cluster II

Posted: 14 Februari 2011 in Berita
Tag:,

Bertempat di Hotel Millennium Jakarta, 5 orang widyaiswara/staf LPMP Sumsel, yaitu  Basuki Irsyadi, Pirdaus, Dadang Daniswara Solichin, Mia Sumiati, dan Sangadah, mengikuti Training of Trainer (ToT) Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah dan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (EDS/M-MSPD). Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari, dimulai tanggal 7 s.d. 11 Februari 2011, khusus untuk Cluster II. Baca entri selengkapnya »


Oleh: Pirdaus

Pendekatan open-ended (open-ended approach) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Pendekatan ini dikembangkan dalam beberapa proyek penelitian pengembangan tentang metode evaluasi kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking) dalam pembelajaran matematika dalam kurun 1971 dan 1976 di Jepang (Becker and Shimada, 2007). Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa dan bagaimana pendekatan open-ended itu?

Baca entri selengkapnya »

Jajan “Kopiko” dan PMRI

Posted: 11 Juni 2009 in pmri

Pendahuluan
Anak-anak sekolah dasar (SD) biasa jajan di sekitar sekolahnya, seperti jajan es krim, makanan kecil, permen, dan sebagainya. Guru dapat menjadikan kegiatan jajan siswa SD ini sebagai konteks yang menarik untuk pembelajaran matematika. Berikut ini contoh hasil penerapan pembelajaran matematika dengan konteks “Jajan Kopiko” dalam pembelajaran konsep operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah yang melibatkan uang di kelas IV SD. Sebagai informasi, siswa di kelas IV SD ini belum pernah belajar dengan menerapkan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). Baca entri selengkapnya »


Latar Belakang
Salah satu masalah utama yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah masih kurangnya sikap (attitude) siswa terhadap matematika dan rendahnya prestasi siswa dalam belajar matematika. Beberapa laporan menyebutkan faktor penyebabnya antara lain, kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pembelajaran yang mekanistik, serta buruknya sistem penilaian. Di samping itu, menurut Suryanto dan Sommerset (dalam Putri, 2003) beberapa publikasi penelitian tentang sikap dan minat siswa terhadap matematika menunjukkan bahwa sikap atau minat siswa terhadap matematika sangat kurang. Alasan mereka antara lain adalah karena belajar matematika dirasakan sulit dan banyak guru mengelola pembelajaran matematika dengan materi dan metode yang kurang menarik. Hal di atas sejalan dengan pendapat Zamroni (dalam Putri, 2005), bahwa orientasi pendidikan kita masih cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai objek, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas keilmuan dan indoktriner, materi bersifat subject-oriented, dan manajemen pendidikan bersifat sentralistik. Sebagai gambaran, mengutip laporan TIMSS, pada tes Trends in International Mathematics and Science Study tahun 2003 ditunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia pada usia 13-15 tahun, berada pada peringkat 35 dari 44 negara. Hasil tes Program for International Students Assessment (PISA) 2003 juga menunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia pada usia 13-15 tahun berada pada peringkat 39 dari 41 negara. Fenomena di atas dapat menjadi titik tolak bagi semua pihak yang terkait termasuk pemerintah, sekolah (baca: guru), dan masyarakat untuk membenahi mutu pendidikan matematika di Indonesia. Untuk itu, perlu suatu gerakan untuk melakukan perubahan mendasar dalam pendidikan matematika, terutama dari segi strategi pembelajaran dan pendekatannya. Yang perlu diperbaiki adalah perubahan dari pendekatan tradisional ke pendekatan konstruktivisme/realistik. Penekanannya pada penguasaan tidak hanya materi dasar matematika tetapi juga pada aplikasi atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Salah satu pendekatan yang sedang dan terus dikembangkan untuk mengatasi masalah di atas adalah PMRI. Baca entri selengkapnya »


YaninaPada tanggal 23 Mei 2009, bertempat di Aula SMA Bukit Asam Tanjung Enim digelar acara Seminar Sosialisasi dan Workshop Lokal PMRI se-Kabupaten Muara Enim. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama SMAN 1 Unggulan Muara Enim, Program Pascasarjana Pendidikan Matematika dan P4MRI Unsri, serta LPMP Sumatera Selatan. Acara secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Muara Enim, Drs. Tjik Dien M. Noer. Dalam sambutannya, Kepala Dinas mengharapkan agar pendidikan matematika dapat lebih dikembangkan sehingga lebih digemari siswa dan guru matematika menjadi guru yang profesional.       Baca entri selengkapnya »


Salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Matematika Realistik pada Program Pascasarjana Matematika Unsri t.a. 2008/2009 adalah  mengimplementasikan PMRI di sekolah dasar (SD). Pirdaus, salah seorang mahasiswa  program tersebut, yang juga Widyaiswara LPMP Sumatera Selatan, mengimplementasikan PMRI di SDN 1 Indralaya, Ogan Ilir. Kegiatan ini dilaksanakan di kelas IV-A dengan jumlah siswa 28 orang.kelompok Dalam kegiatan ini, penulis mengimplementasikan PMRI pada konsep bangun ruang, yaitu pada kompetensi dasar 8.1  Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan 8.2  Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Kegiatan ini diawali dengan pengembangan  rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi ajar, dan lembar aktivitas siswa (LAS). Kegiatan ini bekerja sama dengan guru kelas IV-A, Ibu Aswata, A.Md.Pd., sebagai observer.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dalam belajar. Mereka mempelajari dan memahami konsep-konsep bangun ruang melalui eksplorasi dan kolaborasi dengan menggunakan atau mengembangkan model sendiri. Dalam gambar tampak siswa tengah aktif mempelajari sifat-sifat bangun ruang sederhana. Siswa juga aktif berkontribusi dalam pembelajaran baik melalui diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Guru berperan sebagai motivator, fasilitator, pembimbing, dan pemberi penguatan terhadap hal-hal positif selama pembelajaran. PresentasiSeperti juga dalam gambar berikut, salah satu kelompok sedang mempresentasikan sifat-sifat bangun ruang.

Pengamatan penulis juga menunjukkan bahwa implementasi PMRI ini telah menggairahkan semangat dan motivasi belajar siswa. Berikut beberapa kesan dan komentar yang mereka tulis dalam learning log siswa. “Saya sangat senang belajar matematika hari ini, karena saya bisa mengerjakan matematika dengan praktis, bekerja kelompok dan berdiskusi dengan teman-teman kelompok,” ujar Tesya Monica, siswi kelas IV-A. “Saya senang belajar matematika menggunakan alat-alat peraga,” komentar Rakka Purba, siswa kelas itu juga. Intinya, siswa senang belajar berkelompok, menggunakan alat peraga, mengerjakan LAS, berdiskusi, dan bertanya jawab dalam presentasi hasil diskusi kelompok.

“Kami sangat gembira Bapak bisa berkunjung dan mengadakan kegiatan di sekolah ini. Guru kami tentu akan memperoleh pengalaman berharga, apalagi pelajaran matematika masih sering sulit dikuasai oleh sebagian siswa,” demikian kesan Ibu Nurjannah, A.Ma.Pd., sang kepala sekolah, terhadap kegiatan implementasi PMRI di atas.


Selama Maret s.d. April 2009, mahasiswa Program Pascasarjana Magister Pendidikan Matematika Unsri, khususnya Angkatan 2008, mengadakan kegiatan observasi pembelajaran matematika di SDN 117 Palembang. Pembelajaran matematika di sekolah ini pada beberapa kelas I s.d. III sudah menerapkan Pendidikan Matematika Realistik Indopnesia (PMRI).
Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Kom, M.Sc., Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika Unsri mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting artinya bagi para mahasiswa, dalam rangka lebih memahami apa dan bagaimana PMRI itu. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari tugas mata kuliah Pendidikan Matematika Realistik, sebagai salah satu mata kuliah pilihan.
“Melalui PMRI, anak-anak belajar matematika dengan asyik, ceria, dan gembira. Tapi, guru memang harus aktif dan kreatif mempersiapkan perencanaan pembelajarannya,” ujar bu Yus, guru kelas I-B, guru yang kelasnya juga sudah menerapkan PMRI. Tampak dalam gambar keceriaan siswa belajar tentang pengurangan dengan menggunakan biji kacang kedelai.WortelHasil observasi juga menunjukkan bahwa PMRI sudah cukup baik penerapannya di sekolah ini.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat belajar PMRI, bukan sekadar belajar tentang PMRI!